Aktivisme Internet; Bagaimana dan Dimana Peran Dalam Masyarakat Digital

Oleh : Evi Muhlisah, S.S (Guru SDIT Al Uswah Surabaya)

Setidaknya dalam satu dekade terakhir, masyarakat Indonesia antusias mengadopsi berbagai platform digital, seperti media sosial dan pesan instan. Pesatnya penetrasi teknologi ini juga sering dibungkus dalam narasi kecanggihan teknologi, terutama kaitannya dengan harapan akan pertumbuhan perekonomian digital di Indonesia. Meskipun demikian, pemanfaatan platform digital juga perlu dilihat pada konteks penguatan demokrasi, dan perubahan sosial di masyarakat.

Era industri saat ini mengharuskan setiap kita berteman akrab dan bersaudara karib dengan internet. Internet sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita, sebagaiamana kebutuhan pokok lainnya. Selain sandang, pangan, dan papan saat adalah internet. Kebutuhan digital  satu ini sudah menjadi kebutuhan pokok di setiap rumah dan keluarga. Dari desa sampai kota dan hulu ke hilir bahkan di daerah terpencil sampai ke bukit, internet adalah segalanya. Hidup tak berarti tanpa internet. Dunia seolah gelap tanpa internet.

Aktivisme internet juga dikenal sebagai aktivisme online atau daring. Segala aktivitas dan kegiatan manusia semakin bergantung pada internet. Mulai kegiatan pendidikan, kegiatan ekonomi, kegiatan politik, hiburan, kesehatan melalui aktivisme cyber, e-kampanye dan e-aktivisme penggunaan teknologi komunikasi yang ada pada media sosial. Beragam wujud kegiatan kegiatan komunikasi semakin cepat dengan gerakan warga dan penyampaian informasi lokal untuk khalayak yang semakin besar. Ruang dan zona yang tidak terbatas wilayah dan waktu. Bahkan seolah-olah dunia bisa diubah karena internet.

Internet bisa dimanfaatkan secara baik. Misalnya, seorang yang sedang terpuruk dan rumahnya hampir roboh, bisa tertolong dan bisa membangun rumah layak dalam waktu yang tidak begitu lama. Tetangga yang perhatian kepada bapak ini memposting kondisi rumah serta mengadakan penggalangan dana. Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama terkumpullah dana sekian juta untuk membangun sebuah rumah yang layak.

Dampak positif dan negatif dari internet pun datang beriringan dan berdampingan. Di satu sisi kemudahan akses serta komunikasi efektif dapat dengan cepat dilakukan. Dampak negatif mengakses internet juga ada terutama bagi anak-anak. Bila tidak ada pengawasan, anak-anak bisa saja mengakses segala informasi yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan usianya.

Kemudahan akses dan teknologi tak terbatas inilah yang menjadikan budaya masyarakat bergerser. Menjadi mental rebahan, semua bisa dilakukan sambil rebahan di atas kasur atau sofa yang memanjakan. Klik ujung jempol bisa mengubah segalanya. Menarik simpatik atau mengunduh pahala yang sangat luas, misalkan gerakan wakaf untuk menuntaskan masjid atau membantu saudara yang terkena bencana dan musibah.

Maka klik yang tak memantik dan bijak berselancar di cyber web ini menjadi satu mental yang wajib dimiliki oleh warganet. Mental self filter terhadap informasi-informasi liar yang tidak jelas datangnya harus mulai dibangun, karena narasi yang dibangun di masyarakat harus lah narasi cerdas dan tepat meng-share informasi dan berita yang ada. Tidak sekedar mencuplik dan klik share.

Ada kasus yang berhasil dinaik-ratingkan oleh warganet ada juga yang belum berhasil. Setiap menit bisa berubah, ada juga sejumlah petisi yang harus didukung oleh sekian ribu warga untuk tujuan yang baik. Walaupun demikian, media sosial tidaklah serta-merta bisa dianggap sebagai agen penyebab yang berperan penting dalam perubahan sosial atau memajukan demokrasi. Tidak ada karakteristik intrinsik dalam media sosial yang secara otomatis menjadikannya agen perubahan. Konteks dan susunan kemasyarakatan di sekitar teknologilah yang menentukan sejauh mana teknologi tersebut berdampak dalam aktivitas politik.

Saya berpendapat bahwa media sosial dapat dipakai untuk memfasilitasi terciptanya ruang publik dengan partisipasi publik yang baik dan efektif. Media sosial dapat menghadirkan beragam ruang publik yang terhubung satu sama lain. Media sosial berakar pada hubungan sosial dan jaringan sosial. Akibatnya, jaringan yang tercipta dalam media sosial menyerupai jaringan secara offline.

Insprirasi Guru Lainya

desa nila

Merayakan Hari Raya Bersama Manusia Mulia

Merayakan Hari Raya Bersama Manusia Mulia Oleh: Admin (Al Uswah Surabaya) Saat merayakan hari raya Idul Fitri, banyak orang mudik ke kampung halaman. Seringkali mudik harus dilakukan dengan susah payah.…
masjid ikadi

Memperbanyak Ibadah Di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Memperbanyak Ibadah Di 10 Hari Terakhir Ramadhan Oleh: Admin (Al Uswah Surabaya) Kita telah memasuki puasa yang kedua puluh. Malam nanti, tepatnya semenjak adzan magrib berkumandang, kita akan memasuki tanggal…