Bertahan Di Dunia Bergetah

Oleh: Sulaikah Kurniawati (Guru SDIT Al Uswah Surabaya)

Melur Untuk Firdaus, adalah web series ber-genre komedi romantis…ala Malaysia. Pemainnya ganteng dan cantik amat. Merqueen dan Anna Joblin. Keduanya masih muda. Usia masih menginjak kepala dua. Tapi acting-nya sudah cukup bagus. Lucu seru, gemes juga ketika melihat drama series ini. Kisah tentang laki-laki yang menikah dengan gadis pilihan orang tuanya, tapi dia belum bisa move on dari mantannya.

Melur, adalah gadis yang dijodohkan dengan Firdaus. Sosok Melur, termasuk cerdas. Tidak menye-menye mewek dan lemah. Dia tegar dan kuat mempertahankan rumah tangganya, bahkan berusaha untuk dekat dengan suaminya tanpa harus emosional meledak-ledak dibakar cemburu. Matang secara emosional, tentunya. Ini yang saya suka. Perempuan kuat anti baper. Selama nonton web series ini, harus beradaptasi dengan bahasa Malaysia. Dan gak rugi belajar bahasa Upin Ipin beberapa tahun silam, tak nak tak nak gitu bahasanya

Aku mencari-cari, dari awal episode 19, tidak menemukan adegan mesra-mesraan secara fisik. Beneran apa jangan-jangan sudah disensor ya. Entahlah. Tapi yang menjadi stressing point adalah kesan romantisnya tidak berkurang walaupun tidak ada adegan berbau sensualitas? Bisa kok ya setting adegan suami istri romantis tanpa harus ciuman beneran, pelukan rapat bahkan sampai harus setengah bergumul di atas kasur seperti web series yang kapan hari booming di tanah air itu.

Tergantung kitanya mau yang mana. Keduanya berdalih profesional juga. Selain web series ini, juga ada film yang tanpa harus ada adegan fisik laki-laki dan perempuan tapi tetap menunjukkan kedekatan. Ketika Mas Gagah Pergi, Cinta Suci Zahrana, Hayya dan sebagainya. Tapi ya gitu, film-film model begini, tidak begitu laris dibandingkan dengan film berbau erotis dan sensualitas.

Begitu halnya dengan novel romantis. Tidak harus vulgar menggambarkan romantisme suami istri dalam kalimat erotis. Walaupun begitu, novel yang vulgar paling banyak minatnya. Paling banyak cuannya. Bisa dikalkulasi saja berapa perolehan cuan untuk si penulis. Jadi bertanya-tanya dalam hati, kenapa ya kok banyak yang suka sesuatu yang “bergetah”?

Tapi memang bergetah atau tidak, sebenarnya kembali kepada pilihan kreativitas kita. Bukan berarti yang bergetah itu pasti nge-pro sedangkan yang lain tidak. Justru menjadikan karya seni yang menarik namun tidak bergetah adalah sebuah tantangan tersendiri. Ya ya ya baiklah. Berusaha untuk tetap lurus di tengah dunia yang bergetah itu tidak mudah. Perlu komitmen dan motivasi intrinsik yang kuat, tentunya juga tanggung jawab moral juga dominan.

Pasar ikut bermain. Penyandang dana juga gak mau rugi jika karya mereka gak laku di pasaran. Maka dari itu, dukunglah novel atau tayangan yang tak bergetah supaya mereka tetap bisa eksis tanpa perlu beralih dengan alasan cuan. Mau gak mau, alasan cuan adalah alasan utama sebuah karya bisa eksis. Mau gak mau, perputaran cuan itu juga penting supaya bisa bertahan lebih-lebih menjadi karya unggul.

Neea Sweet – Surabaya, 27 Juni 2022

Insprirasi Guru Lainya

desa nila

Merayakan Hari Raya Bersama Manusia Mulia

Merayakan Hari Raya Bersama Manusia Mulia Oleh: Admin (Al Uswah Surabaya) Saat merayakan hari raya Idul Fitri, banyak orang mudik ke kampung halaman. Seringkali mudik harus dilakukan dengan susah payah.…
masjid ikadi

Memperbanyak Ibadah Di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Memperbanyak Ibadah Di 10 Hari Terakhir Ramadhan Oleh: Admin (Al Uswah Surabaya) Kita telah memasuki puasa yang kedua puluh. Malam nanti, tepatnya semenjak adzan magrib berkumandang, kita akan memasuki tanggal…