Life After Married

Oleh : Sulaikah Kurniawati (Guru SDIT Al Uswah Surabaya)

Anak-anak memang unik dengan segala pertanyaan dan rasa ingin tahunya. Seringkali penulis dibuat kelabakan dengan kejutan kalimat tanya yang dilontarkan. Kali ini pertanyaan datang dari anak perempuanku yang berusia 9 tahun saat itu.

Si Nduk bertanya, “Umi, nanti misalnya lho ya, Umi Abi cerai rencananya gimana? Siapa yang ikut Umi siapa yang ikut Abi?” Glek! Aku hanya menelan ludah, Heran, anak ini kok bisa tanya kayak begini ya, padahal di rumah kagak ada agenda nonton Ikatan Cinta atau sebangsanya. Sempat bingung mau jawab apa, tapi bukan Umi cantik jika tidak mampu menjawab dengan tepat.

Aku pun menjawab dengan diplomatis, “Hm… Umi dan Abi tidak pernah punya rencana untuk itu sih Dek. Yang Umi Abi rencanakan adalah bagaimana menyiapkan kalian ketika Umi dan Abi meninggal kelak. Ya bagaimana kalian mandiri kalian dan bagaimana ibadah kalian itu tentunya.”

Tiba-tiba kakaknya, si Azzam, protes dan nimbrung. “Lha Umi mesti gitu ngomongnya. Aku lho mau Umi Abi hidup terus,” katanya. Aku pun menjawab, “Ya gak bisa lah. Suatu saat entah Umi atau Abi dulu yang akan meninggalkan kalian di dunia.”  Sesaat mereka bengong mendengar jawabanku.  

Obrolan keluarga saat itu mengingatkanku pada taujih penghulu yang dulu membantu pernikahan kami. Sebelum akad, beliau menyampaikan kepada kami yang saat itu saya berada di kamar bersama Ibu, bahwa ketika suami istri bercerai, maka mereka tidak hanya mengkhianati janji satu sama lain tapi juga mengkhianati para tamu dan undangan yang hadir untuk mendoakan. Agak lupa persis redaksionalnya. Ya karena sudah hampir enam belas tahun lalu. Tapi kurang lebih seperti itu pesan beliau.

Apa yang beliau sampaikan, memang benar. Akad nikah itu adalah sebuah perjanjian yang agung, mitsaqon gholidza. Istilah Mitsaqon gholidzo ini disejajarkan dengan perjanjian antara para Nabi dan Allah (QS. Al Ahzab :7). Seseorang yang sudah terikat dalam sebuah pernikahan tak bisa main cerai seenaknya saja. Ya walaupun boleh sebenarnya bercerai dalam Islam.

Maka dari itu, sebelum kita memutuskan untuk menikah dengan sese-kawan, pastikan kita sudah melakukan banyak persiapan diri. Memantapkan diri dengan ilmu dan taat. Tak bisa hanya sekadar karena cinta kemudian menikah. Terlalu banyak masalah dan benturan ketika menikah yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan cinta. Apalagi masalah dengan anak. Perlu logika berpikir dan akal sehat dalam mendidik anak.

Tatkala kita berjumpa pertama kali dengan pasangan halal di pelaminan, maka kita akan berinteraksi setiap hari setiap saat tanpa batas. Di banyak kesempatan,  kita akan menemukan banyak kejutan. Kejutan manis maupun kejutan asyem. Parahnya, kita tidak bisa menukar pasangan kita di toko manapun seperti halnya kita membeli sandal. Wkwkwkw.

Di titik ini, kita perlu berlapang dada. Memberikan ruang hati untuk kesalahan pasangan yang bahkan tidak kita tidak sukai. Selama kesalahan itu bukanlah bab tauhid, penulis pikir masih dalam batas aman untuk diselesaikan.

Yah, tak mudah memang untuk bisa mencintai orang yang sama berkali-kali. Bahkan ketika tahu persis kekurangannya. Maka disitulah, kita mengemis kepada Allah untuk selalu mendekat dan taat supaya Allah menjaga pernikahan kita.

Penulis menyadari, semuanya memang tidak mudah. Amat tidak mudah. Banyak yang berakhir tragis. Tapi jangan kuatir, yang berujung indah juga amat banyak. Tergantung kita, bagaimana memilih bersikap dan belajar.

Berbahagialah bagi yang sudah menikah. Dan tetap berbahagialah bagi yang belum menikah.  Allah tahu dengan tepat, kapan seseorang akan bertemu jodohnya.

By the way, kegalauan after married itu banyak. Tidak hanya sekedar galau tentang pasangan, tapi juga galau tentang mertua, anak, ipar, dan sebagainya dan seterusnya.

Jika kita tidak bisa mengontrol kegalauan before married karena tak kunjung bertemu jodoh, maka bagaimana kita bisa mengatasi kegalauan after married yang jauh lebih banyak?

Enjoy your life!

Insprirasi Guru Lainya

desa nila

Merayakan Hari Raya Bersama Manusia Mulia

Merayakan Hari Raya Bersama Manusia Mulia Oleh: Admin (Al Uswah Surabaya) Saat merayakan hari raya Idul Fitri, banyak orang mudik ke kampung halaman. Seringkali mudik harus dilakukan dengan susah payah.…
masjid ikadi

Memperbanyak Ibadah Di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Memperbanyak Ibadah Di 10 Hari Terakhir Ramadhan Oleh: Admin (Al Uswah Surabaya) Kita telah memasuki puasa yang kedua puluh. Malam nanti, tepatnya semenjak adzan magrib berkumandang, kita akan memasuki tanggal…