Perjalanan KEMNAS V Satu Level Lebih Tangguh

Oleh: Sulaikah Kurniawati (Guru SDIT Al Uswah Surabaya)

Baru kali ini saya membersamai siswa-siswi dalam perjalanan perkemahan siswa. Kalau dulu-dulu, siswa cukup didampingi oleh para pendamping kemah, kali ini saya terjun langsung. Memang sih saya bukan pendamping, tapi ikut merasakan atmosfer perjuangan yang memang beda banget dengan hanya mengantarkan dan menjenguk. Atmosfer itu bermula dari perjalanan.

Perjalanan dari Surabaya ke Cibubur ditempuh dengan 3 jenis kendaraan. Pertama truk, kereta api dan bus pariwisata. Qodarullah, truk TNI Angkatan Laut (AL) yang dipesan berubah menjadi bus TNI AL. Rejekinya anak-anak ya he-he-he… Bus TNI AL mengantarkan kami dari sekolah ke stasiun kereta api Pasar Turi Surabaya. Lalu kereta api dari Pasar Turi ke Stasiun kereta api Pasar Senen Jakarta. Lalu kami naik Bus Pariwisata mengantarkan kami ke Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta) Cibubur Jakarta Timur. Setidaknya ada tiga hal yang memaksa kita untuk tangguh dan kuat.

Pertama, membawa ransel segede gaban saja beratnya minta ampun, apalagi ditambah perlengkapan regu dan harus berjalan. Berusaha memperingan barang bawaan tapi toh tetap saja masih berat. Belum lagi harus berjalan. Jarak dari tempat parkir bus ke tapak tenda, ampun dah jauh. Mau menyerah tapi ya gak mungkin, sehingga jalan satu-satunya ya terus bergerak.

Kedua, dua belas jam di dalam kereta api juga menjadi ujian kesabaran. Mungkin tiga jam pertama masih biasa. Masih bertahan melihat pemandangan di luar jendela. Namun pada jam-jam berikutnya, dudududu…mulai deh kaki perlu diajak jalan-jalan. Minimal mondar mandir dari satu gerbong ke gerbong lain berkedok BAK atau beli minum. He-he-he. Maka disinilah peran pendamping mengarahkan siswanya. Apa yang boleh dan tidak boleh.  Mengajak setoran hafalan, zikir Al Matsurat dan membaca buku adalah salah satu kegiatan yang bisa dilakukan. Apa yang tidak boleh? Tentunya segala hal yang melanggar norma kesopanan. Selain itu, berlama-lama di gerbong lawan jenis.

Ketiga, sampai di Buperta sekitar pukul 2 pagi. Perjalanan yang melelahkan maka selanjutnya adalah istirahat. Namun bagaimana bisa istirahat bila tenda saja belum terpasang? Ya mau tidak mau harus pasang tenda dulu di tengah kegelapan. Berbekal cahaya senter, memulai menautkan rusuk2 tenda lalu mengikatnya dengan pasak. Baru setelah itu bisa istirahat.

Well, luar biasa pengalaman yang diperoleh anak2. Jauh-jauh pergi dari tempat tinggalnya yang nyaman, dan harus bersusah payah sedemikian rupa. Saya sampaikan kepada mereka ini adalah bagian dari kurikulum “penderitaan” yang mengajarkan kepada mereka untuk tangguh dan kokoh. Ketika diri kita mulai merasa putus asa, namun kita menahan diri untuk menyerah, maka saat itu level tangguh kita bertambah. Dan itu hanya akan dialami ketika kita berada di titik kritis tidak kesulitan. Tak sedikit yang mengeluh lelah dan pegal-pegal. Namun yakin saja, kita akan tersenyum bangga ketika sudah berhasil melewati masa-masa ini.

Go Tough Kids!

Insprirasi Guru Lainya

desa nila

Merayakan Hari Raya Bersama Manusia Mulia

Merayakan Hari Raya Bersama Manusia Mulia Oleh: Admin (Al Uswah Surabaya) Saat merayakan hari raya Idul Fitri, banyak orang mudik ke kampung halaman. Seringkali mudik harus dilakukan dengan susah payah.…
masjid ikadi

Memperbanyak Ibadah Di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Memperbanyak Ibadah Di 10 Hari Terakhir Ramadhan Oleh: Admin (Al Uswah Surabaya) Kita telah memasuki puasa yang kedua puluh. Malam nanti, tepatnya semenjak adzan magrib berkumandang, kita akan memasuki tanggal…